Mengenang syuhada melalui Hari Santri

Dulu tepatnya pada 20 Oktober 1945, pendiri NU, K.H Hasyim Asy’ari menyerukan kepada santri untuk berjuang membela negara. Sebab tentara Belanda kembali untuk menguasai Indonesia dan mereka datang melalui Netherlands Indies Civil Administration (NCA). Sang kyai menyatakan, berjuang membela tanah air merupakan kewajiban bagi setiap muslim. Seruan itu membangkitkan semangat para santri Surabaya dan sekitarnya.

Pasukan bersarung tersebut menyerang markas Brigade 49 Mahratta yang dipimpin BrigjenAubertin Walter Sothern (A.W.S.) Mallaby. Aksi peperangan itu terjadi selama 3 hari berturut-turut, sehingga pasukan Inggris yang bertugas menjaga kota Surabaya semakin terjepit. Perlawanan terus berlanjut hingga Mallaby tewas pada 30 Oktober 1945. Pertempuran itu mengakibatkan banyak kalangan santri gugur dan dikenang sebagai
Syuhada. Mereka disebut Syuhada kerena meninggalnya sewaktu peperangan berlangsung. Kep. Pres. No.22 Tahun 2015 merupakan bukti bahwa rakyat indonesia sangat menghargai perjuangan para santri dan ulama. Pada akhirnya tanggal 22 Oktober telah ditetapkan sebagai Hari Santri Nasional (HSN). Perjuangan pada saat itu patut mendapatkan penghargaan spesial karena berkat mereka kehidupan rakyat ini menjadi makmur. Oleh karena itu, dapat kita saksikan di berbagai wilayah Indonesia khususnya pondok pesantren, melaksanakan upacara ataupun acara lainnya yang berkaitan dengan peringatan Hari Santri Nasional.

 IBS Ar-Rohmah Malang tidak ingin menyia-nyiakan momen istimewa ini, sekitar 900 santri sangat antusias dalam mengikuti upacara Hari Santri Nasional ini. Juga Dresscode yang mereka gunakan cukup unik, yakni menggunakan seragam sekolah lengkap ditambah sarung yang dililit disekitar area pinggang kebawah dengan ukuran yang pendek (mirip seperti pakaian khas orang Melayu). Jiwa Nasionalisme para santri menjadi lebih tergugah ketika petugas upacara membacakan reformasi jihad yang dipelopori oleh K.H Hasyim Asy’ari. Tapi sebelum itu, paduan suara dari SMP Ar-Rohmah menyandungkan lagu Indonesia Raya dilanjutkan nasyid Yaa Lal Wathan.

“kalian jangan sampai mengkhianati janji yang telah kalian baca bersama-sama tadi,”begitulah nasihat dari ketua MUI Kecamatan Dau, Drs. Abdul Malik. Janji yang beliau maksudkan merupakan isi dan janji pemuda islam. Dengan serentak dan semangat, para santri membacakan janji tersebut. “Janji pemuda islam. Satu, hanya Allah tuhan kami dan Muhammad SAW tauladan hidup kami. Dua, Al-Islam dasar hidup kami. Tiga, Al-Qur’an pedoman hidup kami. Empat, dakwah dan jihad jalan hidup kami. Lima, keridhoan Allah hidup kami,” teriak para santri menggema di Lapangan Afghanistan. Semoga dengan rangkaian bentuk peringatan Hari Santri  yang dilakukan ini dapat meningkatkan semangat perjuangan santri untuk senantiasa mengabdi pada negeri dan Al-Islam.

Wallahu A'lam Bish Shawabi

0 Komentar

Terbaru